Pada suatu ketika, saya bermimpi untuk menjadi seorang artis yang terkenal. Mungkin sampai keseluruh penjuru dunia. Ya, ketika itu saya masih duduk dibangku Sekolah Dasar, telah memimpikan menjadi artis terkenal.
Kemudian menjelang berakhirnya pendidikan dasar, saya kembali bercita-cita menjadi seorag pengusaha yang sukses. Pengusaha yang mempunyai dan memiliki perusahaan yang besar, dengan kekayaan yang melimpah. Itulah cita-sita saya pada waktu itu.
Seiring berjalannya waktu, tahun berganti tahun keinginan saya kembali berubah. Ya, saat itu saya telah memasuki jenjang pendidikan menengah, kembali saya berubah pikiran ingin menjadi enginer atau pakar telekomunikasi dan informasi yang handal, dan saya mulai belajar secara autodidact.
Namun seperti tahun-tahun sebelumnya menjelang memasuk jenjang pendidikan atas, kembali cita-cita saya bergeser ingin menjadi seorang penulis yang masyhur. Kalau mungkin tulisan-tulisan saya bisa tersebar ke seluruh pelosok dunia, dan dibaca oleh banyak orang.
Selesai di pendidikan menengah atas saya berkeingin menjadi seorang pengajar atau guru atau dosen sehingga saya memutuskan untuk mengikuti pendidikan di Fakultas Keguruan di Yogayakarta. Namun tidak sampai selesai karena terhimpit ekonomi, saya memutuskan kembali ke Jakarta, dan mulai mencoba untuk meraih segala impian-impian saya.
Untuk impian pertama saya coba jalani. Menjadi artis terkenal. Saya sempat bergumul di bidang ini beberapa tahun, berpindah dai panggung-ke panggung lainnya, di kampung-kampung sampai akhirnya mendapat kesempatan untuk tampil di layar kaca, Pada waktu itu hanya ada TVRI. dan sempat ikut membintangi beberapa film layar lebar, walaupun bukan sebagai peran pembantu, apalagi peran utam.
Impian kedua saya coba lakukan karena pada waktu itu dunia hiburan atau artis sedang lesu, dan saya didesak kebutuhan ekonomi. Dimulai dari pekerjaan sebagai Office Boy, karyawan yang datang paling dulu dan pulang paling akhir. Sampai akhirnya mendapat promosi jabatan, naik menjadi staff office, kemudian salesman, dan pada puncaknya adalah Presiden Direktur. Ini dengan jerih payah mengabdi pada Perusahaan tempat saya bekerja selama 15 tahun. Dan karir ini terhenti karena tragedi nasional, Kerusuhan Mei 1998.
Keinginan saya untuk menjadi pakar telekomunikasi dan Informasi, masih terus saya lanjutkan sampai sekarang. Walaupun dalam bidang ini saya masih saja meraba-raba dan coba-coba. Tetapi hasilnya lumayan untuk seorang amatiran.
Dalam bidang penulisan sampai sekarangpun masih tetap saya coba pertahankan. Selama beberapa tahun tulisan-tulisan saya baik artikel, karya-karya sastra, sudah cukup banyak yang di terbitkan di beberapa koran dan majalah, beberapa tahun yang lalu. Karena pada waktu itu belum ada komputer, maka tulisan-tulisan saya hanya ditulis pada kertas biasa. Bahkan kadang-kadang jika dapat inspirasi di jalan saya cari kertas sobekan apa saja untuk menulis.
Semua itu saya kumpulkan dan hasilnya adalah tumpukan kertas bermacam-macam jenis dan ukuran setinggi hampir 60 cm. Tidak cukup produktif sebenarnya, karena semua itu saya tulis dalam jangka waktu belasan tahun.
Impian menjadi guru sempat saya jalani hanya beberapa tahun, dengan mengajar di beberapa sekolah menengah di bilangan Jakarta Selatan.
Seharusnya, dengan impian-impian saya yang telah menjadi kenyataan sepeerti tersebut diatas saya sudah bisa menikmati hasilnya sekarang. Namun Tuhan rupanya berkehendak lain, karena semenjak kejatuhan saya di saat Traged Nasional 1998. hasil-hasil yang saya dapat benar-benar habis tak bersisa.
Itulah sebabnya saya menamakan diri saya "Tankawuryan". karena saya tidak mampu menjaga apa yang telah saya dapatkan.
"Tankawuryan" dalam bahasa ibu saya artinya, tidak mempunyai kemampuan apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar