Merenungi berbagai peristiwa politik yang melanda para pemimpin Bangsa Indonesia, dari banyaknya kasus hukum para pejabat hingga kasus SMS yang menyerang Salah satu partai Terbesar di Negara ini, Kemudian tanggapan para pemimpin negeri ini yang terkesan saling menyalahkan, maka terbersit pertanyaan dalam hati penulis, masih adakah pemimpin di negeri ini yang berani dan mau bertindak tegas dan bertanggung jawab?
Sementara negeri ini dala mengahadapi persaingan persaingan global terasa sekali sangat, sangat dan sangat membutuhkan pemimpin yang berbudi pekerti luhur, rendah hati tetapi tegas, dan bijaksana. Pemimpin atau penguasa yang pantas menjadi panutan kawula adalah pemimpin atau penguasa yang siap berkorban untuk kesejahteraan rakyatnya. pemimpin/penguasa yang bijaksana adalah yang selalu sadar bahwa kekuasaannya itu membutuhkan dukungan rakyatnya, tanpa rakyat maka tidak akan ada pemimpin yang menduduki tahta
kepemimpinan. Begitulah antara lain contoh pelajaran tentang manunggaling kawula lan gusti, pada aras horisontal/habluminannas.
Datangnya pemimpin yang adil, rendah hati, tegas dan bijaksana inilah yang diimpikan oleh bangsa ini, Ratu Adil.
Sunan KaliJaga pernah memberikan jawaban terhadap pertanyaan seorang muridnya tentang kapan datangnya Ratu Adil dengan menunjuk masa ke-Ratu-Adil-an itu adalah lima abad setelah dinasti Demak… Masa lima anad setelah dinasti Demak, berarti 500 tahun setelah Sirna Ilang Kertaning Bumi, yakni tahun 1400 S atau 1478 M, yakni tahun 1978, Dengan perkiraan maju mundur adalah empat windu (32 tahun) Apakah yang menonjol antara tahun 1978 sampai 2010? Butuh Revitalisasi Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Lebih-lebih apabila kita ingat uraian para pemimpin dan Pendiri Negara Republik Indonesia,
jelas kiranya bahwa dibalik mitos Ratu Adil itu memang tersirat konsep keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
“Dari sebutannya, Ratu Adil dapat ditafsirkan sebagai seorang yang mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Ratu Adil juga pasti mampu menjadi pelindung atau pengayom dari seluruh rakyat, tanpa membedakan golongan, tanpa keberpihakan kecuali hanya berpihak kepada kebenaran hakiki yang bersifat universal. Dengan ciri ini maka sulitlah kiranya jika Ratu Adil ini bersal dari salah satu kelompok kepentingan yang dibesarkan oleh kelompok kepentingan itu…
Itulah sosok Ratu Adil yang sampai saat ini hanya ada di dalam angan-angan. Selama sosok Ratu Adil itu hanya ada di dalam angan-angan, selama itu pulalah keadilan, kemakmuraan, ketentramaan, serta kesejahteraan hidup hakiki yang selalu didambakan itu juga hanya ada di dalam angan-angan, atau bahkan hanya ada di dalam alam impian di atas impian di dalam lamunan belaka…
Mungkinkah undang-undang atau tatanan politik yang kita anut mampu memunculkan sosok Ratu Adil?…
Berbagai penjelasan diatas, membawa kita pada suatu kesimpulan bahwa sosok Ratu Adil itu masih diperdebatkan jatidirinya, mengingat berbagai tokoh yang pernah diduga sebagai Ratu Adil, justru sekarang dianggap membawa keterpurukan bangsa.
Ki Tankawuryan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar